Gus Dur jadi Icon Mahasiswa Indonesia di Al-Azhar

gus dur mesirKairo, NU Online
KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur pernah menimba ilmu di Universitas Al-Azhar pada tahun 1964-1966. Banyak kesan dan cerita menarik tentang Gus Dur selama di Mesir ini sehingga sampai sekarang ia menjadi icon kebanggaan bagi mahasiswa Indonesia yang sedang menimba ilmu di Al-Azhar khususnya, warga NU (Nahdliyyin).

“Ketokohan Gus Dur dan pada masa lalunya di Azhar mampu menjadi sumber inspirasi mahasiswa,” kata M. Jauharul Afif, anggota LDNU Mesir saat memberikan keterangan seusai acara peringatan 40 hari atas meninggalnya Gus Dur di Sekretariat PCINU Mesir, Selasa (9/2) malam.

Selama belajar di Al-Azhar tersebut, Gus Dur tinggal di asrama Bu’uts. Gus Dur sekalipun hanya dua tahun berada di Mesir, namun bagi banyak orang, ia adalah seorang yang berani mempraktikkan semboyan bahwa mencari ilmu tidak cukup di bangku kuliah saja.

Hal ini terbukti bahwa selama Gus Dur belajar di Mesir banyak menghabiskan waktuya di perpustakaan untuk membaca buku dan mendalami segala disiplin ilmu. Hal ini juga pernah diutarakan oleh Ir H Iqbal Sullam, Wasekjen PBNU pada sambutannya setahun yang lalu ketika beliau melakukan kunjungan ke Mesir.

Peringatan 40 hari Gus Dur itu diisi dengan pembacaan surah Yasin dan Tahlil yang dalam hal ini dipimpin oleh Itho’ Athoillah, mahasiswa Al-Azhar asal Tebuireng Jombang dan do’a dipimpin oleh H Subhan Malik, mahasiswa asal Tambak Beras Jombang.

Selain acara tersebut, juga dilaksanakan shalat ghaib atas meninggalnya KH Ahamad Hafidz Ahmad, pengasuh Pondok Pesantren Denanyar, putra dari KH Ahmad Bisri yang juga masih sepupu Gus Dur.

Selain PCINU Mesir, Ikatan Alumni Tebuireng yang berada di Mesir pada malam sebelumnya juga melaksanakan kegiatan yang sama bertempat di sekretariat Tebuireng Center (TC) dan mengundang seluruh anggota alumni almamater pesantren berbasis NU yang berada di Mesir. (aan)

4 thoughts on “Gus Dur jadi Icon Mahasiswa Indonesia di Al-Azhar

  1. Beliau tidak melanjutkan kuliah di al azhar karena merasa semua yg dipelejarinya disana, telah didapat saat belajar di Tebu Ireng. makanya Beliau menyarankan kurikulum di tebu ireng diubah

  2. Wah kalau mengenai itu saya belum tahu, tapi bisa jadi begitu, kami juga merasa begitu namun ramuan dan penyajiannya yg berbeda sehingga lebih luas..meski kembali dikerucutkan seperti apa yg diajarkan di pesantren

Tinggalkan komentar